Cerita dibalik Dibalik Geothermal dan Gunung Nagasari

Bumi Butuh Aksi bersama kawan-kawan yang terjalin menggelar obrolan santai dimalam hari dengan topik Krisis iklim dan menolak proyek PLTPB di Gunung Nagasari. Dengan informasi yang kami dapat dari sosial media, kawan-kawan menggelar aksi menolak PLTPB dan alih fungsi lahan Gunung Nagasari pada 28 September 2022.

Sudah tiga tahun warga menolak ekspansi projek geothermal di Dieng, berdasarkan pemaparan Dafiq, sumber mata air yang dekat dengan proyek PLTPB berubah menjadi asin juga mengalami perubahan warna.Tidak hanya itu beberapa bulan yang lalu terdapat korban jiwa 1 orang meninggal dan belasan lainnya luka-luka dikarenakan kebocoran gas. 

Selain aksi menolak PLTPB di Dieng, ternyata ada hal penting lainnya yang mendesak yaitu pembukaan lahan di Gunung Nagasari. Kejadian ini bermula dari alih fungsi lahan, ada beberapa oknum yang mau membuka lahan untuk pertanian kopi, namun ada beberapa warga yang ditawari untuk harga sewa lahan pertanian. Padahal kondisi hutan di Dieng itu mengalami krisis. Dafiq pun bercerita soal hutan yang saat ini kondisinya sudah tinggal 20% saja. Dengan kondisi lahan yang seperti ini akan memicu berbagai konflik yang nantinya akan merugikan masyarakat, seperti banjir ataupun longsor karena lahan yang sudah berganti fungsi. Cerita lainnya tentang hutan di kawasan Gunung Nagasari, pernah terjadi satu kejadian dimana ada oknum yang tidak sengaja membakar hutan dan satu desa mengalami kekeringan air. 

Bagi masyarakat Dieng, Gunung Nagasari bukanlah sekedar gunung biasa. Warga menolak ahli fungsi lahan untuk pertanian karena salah satu alasannya adalah melindungi mata air yang dilindungi oleh leluhur. Mata air ini dibuat oleh sesepuh dalam satu malam dengan kedalaman 800m. Keterlibatan warga dalam mempertahankan wilayahnya juga patut diacungi jempol, pasalnya di Desa Gembol sendiri ketika akan ada aksi untuk menolak geothermal atau yang berkaitan dengan lingkungan akan disiarkan di toa mushola masjid dan inisiatif pemuda serta warganya pun tinggi. 

Dalam percakapan yang diselenggarakan online ini, peserta juga cukup responsif dengan menanyakan bagaimana pandangan tentang kawasan Dieng yang terkenal mengalami kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pertanian yang menggunakan pestisida. Menurut bu Siti terkait tentang pertanian “kerusakan yang diakibatkan oleh geothermal lebih parah, dibanding dengan kerusakan yang disebabkan oleh pertanian. Sekarang sudah banyak kelompok-kelompok tani yang sudah mulai beralih ke pupuk organik. Berdasarkan pengalaman Bu Siti ,kentang pada mati ada hujan asam , tanah jadi rusak tidak sesubur dulu, air daerah komplek rumah sudah mulai pada asin, sumur-sumur produksi disana jadi berubah. keterbatasan sebagai petani ngga bisa ngecek lebih lanjut karena kurang alat apalagi perusahaan menyalahkan petani dan lebih bilang kalau itu dari pestisida padahal sebenernya bukan”. Dafiq pun mengutarakan kalau adanya ketimpangan dibidang pertanian “dulu ngga ada payung hukumnya soal pertanian pengelolaan hutan. bagaimana penggunaan pestisida dulu pertanian organik dan pemakaian bahan kimia yang berlebihan. Tapi sekarang sudah banyak para petani yang mulai beralih ke pupuk yang organik”.

Ada satu desa di Karang tengah yang lokasi PLTPB berdekatan dengan rumah warga. Proyek geothermal ini menimbulkan kecemasan warga, selain beberapa warga yang sudah merasakan dampaknya, pada tahun 2013 pernah terjadi gempa di wilayah Kepakisan dan Karang Tengah. Gempa yang berkekuatan 4,8SR  ini disebabkan oleh percobaan pengeboran pad. Warga khawatir wilayah yang ditinggali oleh mereka akan mengalami kejadian serupa seperti kejadian di Pohang November 2017,  Korea Selatan. Gempa ini menghancurkan 1500 bangunan dan 3 distrik harus dievakuasi yang diduga akibat aktivitas gheotermal. (source : https://phys.org/news/2019-03-geothermal-triggered-earthquake-korea.html )

Di Desa Ngandam  Agung Rizal menuturkan “desa yang terletak di bawah power plan, geo dipa unit 1 yang masuk kedalam wonosobo. Ia mengecek ph air, molekul air, 693 air baku minum. menurut sni diatas 500 sudah tidak layak dikonsumsi. Bisa jadi air yang masayarakat minum banyak kandungan seng, boron, arsenik. Masyarakat disana banyak keluhan sumber mata air. Masyarakat mengira pencemaran air berasal dari powerplant yang berada diatas sumber mata air mereka. Banyak riwayat warga yang meninggal mengeluhkan sakit dibagian perut, cancer dan tumor, yang disebabkan mereka mengkonsumsi air yang mengandung bahan-bahan beracun, selain itu juga tanaman juga seperti terbakar, apalagi air yang dimiinum dalam kurun waktu yang lama oleh manusia.”

Dengan pernyataan yang diceritakan oleh Agung, Bu Siti dan Dafiq besar harapan masyarakat Dieng bahwa masyarakat diluar Dieng bisa turut serta menyebarkan informasi mengenai keadaan yang sebenarnya serta mendukung pergerakan teman-teman yang berjuang mempertahankan lingkungan hidupnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *